Nelson Mandela dalam Upaya
Membentuk Negara untuk
Semua Orang
Judul Buku : Nelson Mandela:
Perjalanan Panjang Menuju Kebebasan (Long
Walk to Freedom)
Pengarang : Dra. Siti
Maryani, MA
Tebal Buku : 136 hlm, 13,5
X 20 cm
Penerbit : A+ Plus Books
Tahun Terbit : 2010
Tempat Terbit : Yogyakarta
Dra. Siti Maryani, MA
memiliki latar belakang pendidikan dalam bidang liberal arts, seperti psikologi,
pendidikan, dan lain-lain. Buku ini yang sifatnya mendidik bisa menjadi alasan
mengapa beliau menulisnya.
Nama besar
Nelson Mandela selalu membuat dunia terhenyak. Dia dikenal sebagai pria yang
menyatakan bahwa dirinya rela mati demi mewujudkan masyarakat demokratis yang
bebas di mana semua orang bisa hidup bersama secara harmonis.
Beranjak remaja,
Nelson menjadi anggota Majelis Perwakilan Mahasiswa dan berkali-kali melakukan
aksi-aksi protes memboikot aturan pemerintah bersama African National Congress (ANC). Di luar organisasi, sebagai
pengacara bersama Tambo, orang-orang Transkei menyebut mereka sebagai “ahli
hukum dari tanah kita”. Tahun 1962, Nelson ditangkap lagi dan divonis hukuman
seumur hidup. Nelson dibuang ke Pulau Robben, penjara pulau yang terkenal
paling ganas di lepas Afrika Selatan.
Suatu hari,
Samuel Dash, seorang profesor hukum dari AS, pernah berhasil mengunjungi dan
mewawancarai Nelson Mandela di Pulau Robben. Dia merasa berjumpa dengan seorang
kepala negara karena Nelson terlihat sangat percaya diri, tegas, dan santun.
Nelson menegaskan kepada Dash bahwa gerakkannya bukan untuk membentuk “negara
kulit hitam”, melainkan “negara untuk semua orang”.
Penjara bukan lagi
tempat penghukuman, melainkan tempat melakukan pergerakan kemanusiaan bagi
Nelson Mandela. Beliau dengan kreatifnya menulis pesan untuk orang-orang
terkasihnya juga menulis pengajaran bagi teman-temannya di penjara.
“Kalau bukan karena kunjungan-kunjunganmu,
surat-suratmu yang indah, serta cintamu, aku sudah hancur bertahun-tahun lalu.” –Mandela di dalam penjara menulis surat untuk
kekasihnya, Winnie.
Nelson sempat dipindahkan
ke penjara Pollsmoor tapi dia kemudian dikembalikan ke Pulau Robben. Pemerintah
kulit putih tidak menghendaki Mandela mati di penjara. Tak heran jika pada
1985, Nelson ditawari pembebasan oleh Presiden Botha dengan syarat. Akan
tetapi, dia menolak dan mengajukan syarat pembebasan bagi dirinya sendiri.
Setelah keluar penjara dengan rumitnya, Nelson Mandela memenangkan Nobel
Perdamaian. Pada 1994, dia terpilih sebagai presiden Afrika Selatan dalam
pemilihan pertama kali untuk semua ras.
Dengan membaca buku
“Nelson Mandela: Perjalanan Panjang Menuju Kebebasan (Long Walk to Freedom)”, kita bisa mengetahui lebih banyak hal
menarik, baik kisah politik maupun percintaan Nelson Mandela. Pemilihan judul
yang tepat patut diapresiasi karena mewakili isi buku ini. Selain itu, cover
buku tampak apik dan menarik. Ditambah dengan referensi terkait tulisan yang
terdapat di dalam buku ini begitu menambah wawasan.
Sayangnya,
kualitas pencetakan buku masih perlu ditingkatkan karena ada ketidakrapian.
Juga, kurang menariknya lembaran isi buku karena hanya berwarna hitam dan
putih. Adapun, sulit bagi pembaca untuk memahami kisah hidup Nelson Mandela
secara kronologis akibat pengelompokkan kisah menurut tema tertentu. Oleh
karena itu, buku ini direkomendasikan kepada pembaca usia remaja dan dewasa.