Laman

Kamis, 03 Oktober 2013

Tugas OCAB LKM: Resensi

Nelson Mandela dalam Upaya
Membentuk Negara untuk Semua Orang



Identitas Buku
Judul Buku     : Nelson Mandela: Perjalanan Panjang Menuju Kebebasan (Long Walk to Freedom)
Pengarang       : Dra. Siti Maryani, MA
Tebal Buku      : 136 hlm, 13,5 X 20 cm
Penerbit           : A+ Plus Books
Tahun Terbit    : 2010
Tempat Terbit  : Yogyakarta

Dra. Siti Maryani, MA memiliki latar belakang pendidikan dalam bidang liberal arts, seperti psikologi, pendidikan, dan lain-lain. Buku ini yang sifatnya mendidik bisa menjadi alasan mengapa beliau menulisnya.
Nama besar Nelson Mandela selalu membuat dunia terhenyak. Dia dikenal sebagai pria yang menyatakan bahwa dirinya rela mati demi mewujudkan masyarakat demokratis yang bebas di mana semua orang bisa hidup bersama secara harmonis.
Beranjak remaja, Nelson menjadi anggota Majelis Perwakilan Mahasiswa dan berkali-kali melakukan aksi-aksi protes memboikot aturan pemerintah bersama African National Congress (ANC). Di luar organisasi, sebagai pengacara bersama Tambo, orang-orang Transkei menyebut mereka sebagai “ahli hukum dari tanah kita”. Tahun 1962, Nelson ditangkap lagi dan divonis hukuman seumur hidup. Nelson dibuang ke Pulau Robben, penjara pulau yang terkenal paling ganas di lepas Afrika Selatan.
Suatu hari, Samuel Dash, seorang profesor hukum dari AS, pernah berhasil mengunjungi dan mewawancarai Nelson Mandela di Pulau Robben. Dia merasa berjumpa dengan seorang kepala negara karena Nelson terlihat sangat percaya diri, tegas, dan santun. Nelson menegaskan kepada Dash bahwa gerakkannya bukan untuk membentuk “negara kulit hitam”, melainkan “negara untuk semua orang”.
Penjara bukan lagi tempat penghukuman, melainkan tempat melakukan pergerakan kemanusiaan bagi Nelson Mandela. Beliau dengan kreatifnya menulis pesan untuk orang-orang terkasihnya juga menulis pengajaran bagi teman-temannya di penjara.
“Kalau bukan karena kunjungan-kunjunganmu, surat-suratmu yang indah, serta cintamu, aku sudah hancur bertahun-tahun lalu.” –Mandela di dalam penjara menulis surat untuk kekasihnya, Winnie.
Nelson sempat dipindahkan ke penjara Pollsmoor tapi dia kemudian dikembalikan ke Pulau Robben. Pemerintah kulit putih tidak menghendaki Mandela mati di penjara. Tak heran jika pada 1985, Nelson ditawari pembebasan oleh Presiden Botha dengan syarat. Akan tetapi, dia menolak dan mengajukan syarat pembebasan bagi dirinya sendiri. Setelah keluar penjara dengan rumitnya, Nelson Mandela memenangkan Nobel Perdamaian. Pada 1994, dia terpilih sebagai presiden Afrika Selatan dalam pemilihan pertama kali untuk semua ras.
Dengan membaca buku “Nelson Mandela: Perjalanan Panjang Menuju Kebebasan (Long Walk to Freedom)”, kita bisa mengetahui lebih banyak hal menarik, baik kisah politik maupun percintaan Nelson Mandela. Pemilihan judul yang tepat patut diapresiasi karena mewakili isi buku ini. Selain itu, cover buku tampak apik dan menarik. Ditambah dengan referensi terkait tulisan yang terdapat di dalam buku ini begitu menambah wawasan.

Sayangnya, kualitas pencetakan buku masih perlu ditingkatkan karena ada ketidakrapian. Juga, kurang menariknya lembaran isi buku karena hanya berwarna hitam dan putih. Adapun, sulit bagi pembaca untuk memahami kisah hidup Nelson Mandela secara kronologis akibat pengelompokkan kisah menurut tema tertentu. Oleh karena itu, buku ini direkomendasikan kepada pembaca usia remaja dan dewasa.